Revitalisasi Jembatan Tak Atasi Kemacetan
KANNIADVOKASI.ID – Kemacetan di Jalan Otto Iskandardinata (Otista), Kota Bogor, masih saja terjadi meski proyek revitalisasi Jembatan Otista telah menelan anggaran hingga Rp51 miliar.
Pantauan di lapangan pada Sabtu (7/6/2025), arus lalu lintas di jantung Kota Bogor tampak semakin padat. Kemacetan kerap terjadi setiap hari, terutama saat jam sibuk dan akhir pekan.
Biang Macet: Antrean Masuk Kebun Raya Bogor
Sumber kemacetan ternyata bukan jembatan, melainkan antrean kendaraan yang hendak masuk ke Kebun Raya Bogor (KRB). Kawasan konservasi yang dikelola BRIN itu kini berubah fungsi menjadi destinasi wisata dan lokasi berbagai event musik, yang justru memicu lonjakan kendaraan.
Kondisi diperparah oleh penumpukan angkot di depan pintu masuk KRB dan simpang menuju Jalan Suryakencana. Kemacetan pun tak terelakkan.
Revitalisasi Dipaksakan, Warga Tersiksa
Sebelumnya, Pemkot Bogor dan Pemprov Jawa Barat bersikeras merevitalisasi Jembatan Otista sebagai solusi kemacetan. Meski menuai protes dan menyusahkan warga selama 8 bulan, proyek senilai Rp51 miliar itu tetap dijalankan.
Selama proyek berlangsung, warga harus menelan pil pahit berupa rekayasa lalu lintas yang rumit dan berdampak langsung pada aktivitas harian serta omzet pelaku usaha di sekitar kawasan.
“Waktu jembatan ditutup, kita sabar karena dijanjikan solusi macet. Tapi sekarang malah tambah parah,” kata Irwan (42), pengemudi ojek online yang saban hari melintasi Jalan Otista.
Senada disampaikan Wati (36), pedagang di kawasan Suryakencana. “Dulu waktu proyek berjalan, omzet saya turun. Sekarang jembatan sudah jadi, tapi macet nggak hilang, rugi dua kali kami,” keluhnya.
BRIN Diminta Evaluasi Fungsi KRB
Warga juga menyoroti peran BRIN selaku pengelola KRB. Menurut mereka, fungsi konservasi Kebun Raya kini tergerus oleh kegiatan komersial.
“Dulu KRB itu tempat edukasi dan tenang. Sekarang malah banyak event musik dan spot wisata yang bikin ramai kendaraan,” ujar Dedy, pemerhati lingkungan Kota Bogor.
Aktivis transportasi dan tata kota, Anwar Nurdin, meminta BRIN dan Pemkot duduk bersama mencari solusi konkret.
“Kalau memang pintu masuk KRB jadi sumber kemacetan, perlu ada penataan ulang. Jangan sampai pembangunan infrastruktur hanya jadi proyek tanpa hasil,” tegasnya.
Saatnya Warga Bersuara
Pengguna jalan dan warga Kota Bogor mengaku kecewa. Proyek yang dijanjikan sebagai solusi justru gagal menjawab masalah utama.
Sudah saatnya suara masyarakat didengar. Kemacetan yang terus terjadi menjadi cerminan buruknya perencanaan dan pelaksanaan kebijakan publik. Stakeholder terkait harus bertanggung jawab!. (Red)