Manado — Pemerhati publik Parindo Potabuga menyoroti maraknya aktivitas pertambangan di Sulawesi Utara (Sulut) yang justru dijadikan bahan saling serang oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Menurutnya, LSM seharusnya berdiri di atas kepentingan masyarakat, bukan justru berdebat di media sosial demi memperlihatkan eksistensi.
“Tujuan LSM didirikan adalah untuk secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa mencari keuntungan. Mereka bukan bagian dari pemerintah atau birokrasi,” tegas Potabuga, Kamis (13/11/2025).
Ia menilai, dalam konteks pertambangan rakyat di Ratatotok, Minahasa Utara, LSM seharusnya lebih arif dan bijaksana dalam melihat kondisi lapangan. Ribuan masyarakat menggantungkan hidup dari aktivitas tambang tersebut.
“Kalau memang ribuan orang mencari nafkah di sana, seharusnya LSM berjuang bersama masyarakat, bukan jadi garda terdepan yang mendorong aparat menutup tambang atau bahkan meminta sesama LSM ditangkap,” ujarnya tajam.
Mantan Ketua LMND itu menilai pernyataan LSM Garda Timur Indonesia (GTI) yang meminta aparat penegak hukum (APH) menangkap dua tokoh tambang, Can dan Sehan, sebagai langkah yang tidak rasional.
“Sikap itu egois dan tidak pro-rakyat. Kalau mereka dipenjara, artinya membuka peluang tambang ditutup, dan ribuan penambang akan kehilangan mata pencaharian,” kata Potabuga.
Ia pun mengingatkan agar semua pihak, termasuk para LSM yang terlibat dalam polemik tambang Ratatotok, menahan diri agar situasi tetap kondusif.
“Lebih baik kita duduk bersama, berdiskusi mencari solusi. Kalau semua LSM hanya mengedepankan ego, yang jadi korban adalah para penambang,” tutupnya. (C1)






























